" Dua puluh empat jam dalam satu hari. Tujuh hari dalam satu minggu "
Kapan terakhir kali kamu memberikan waktu untuk berdiam diri di dalam kamar, membiarkan suasana hening sejenak, sembari memejamkan mata—untuk menikmati hadirat Tuhan?
Kapan terakhir kali kamu melipat jari-jarimu dengan erat dalam doa, berseru atau bahkan menangis kepada Tuhan karena begitu merindukan-Nya?
Jika kamu tidak ingat kapan terakhir kali kamu melakukannya, tidak apa-apa, tidak masalah. Tidak ada seorangpun yang akan menghakimimu karenanya. Tetapi, apakah selama ini hari-harimu berjalan dengan baik? Apakah damai sejahtera selalu ada di dalam hatimu saat hendak melakukan sesuatu atau mengambil keputusan penting dalam keseharianmu? Jika tidak, maka ada sesuatu yang hilang darimu—Hubungan pribadi dengan Tuhan.
Akhir-akhir ini, dunia berjalan dengan begitu cepat. Pandemi COVID-19 memaksa kita untuk menjaga jarak dari sesama, berkomunikasi dan beraktivitas melalui platform online, termasuk kegiatan perkuliahan ataupun persekutuan dalam ibadah.
Kita banyak menghabiskan waktu di depan layar ponsel, laptop, televisi, dan semakin larut dalam kesibukan sehari-hari yang seolah-olah tiada akhirnya. Gairah untuk berdoa, memuji dan menyembah Tuhan perlahan-lahan padam. Ibadah yang pada saat pandemi ini ditayangkan melalui kanal Youtube atau via Zoom, menjadi sekadar rutinitas yang harus dijalani sebagai orang Kristen. Kita sama sekali tidak menikmatinya.
Sekali lagi. Tidak ada seorangpun yang akan menghakimimu jika hal ini terjadi padamu. Hanya saja, Tuhan sedang menunggumu. Sama seperti perumpamaan anak yang hilang (Lukas 15: 11-32), Tuhan yang adalah Bapa kita yang ada di surga, dengan setia terus menantikan kita agar kembali kepadanya. Mari kita kembali kepada Tuhan dan membangun kembali hubungan yang intim dengan-Nya. Hilangkan semua keraguan di dalam hati kita dan mari datang kepada Tuhan.
Untuk kembali membangun hubungan dengan Tuhan, kita bisa merenungkan terlebih dahulu apa yang menjadi penyebab kita tidak lagi menikmati hadirat Tuhan atau kehilangan hubungan pribadi dengan Tuhan. Jika itu karena ada suatu dosa yang masih belum kita selesaikan, maka kita harus segera datang kepada Tuhan untuk bertobat. Jika itu karena ada suatu perselisihan dengan saudara atau sesama yang menyebabkan akar pahit, maka kita harus segera mengampuni saudara atau sesama kita yang melukai hati kita.
Menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan, sama seperti hubungan kita dengan ayah kita sendiri. Pastinya kita selalu senang jika ada di dekat ayah kita, bukan? Jika kita mengalami kesulitan, merasa terluka dan hancur, ketika kita membicarakannya dengan ayah kita, ada rasa damai dan ketenangan yang diberikan lewat kata-kata atau pelukan ayah kita. Begitu juga hubungan kita dengan Tuhan.
Tetapi, bagaimana caranya membangun hubungan pribadi dengan Tuhan? Sebenarnya, hanya ada satu tips sederhana, yaitu memberikan waktu khusus hanya untuk Tuhan. Kamu bisa melakukannya di pagi hari atau malam hari atau di sela-sela jam makan siang, tidak masalah. Asalkan, di dalam satu hari itu, kamu menyediakan waktu khusus hanya untuk Tuhan. Sebagai permulaan, kamu bisa menyediakan waktu 15-20 menit sendirian dalam hening, kemudian berdoa. Kamu juga bisa memuji dan menyembah Tuhan melalui nyanyian dan membaca alkitab hingga mendapatkan rhema yang daripada Tuhan yang dapat menjadi tuntunan bagi kita.
Jika hal ini terus kamu lakukan dengan rutin, dengan otomotis pula waktu yang kamu berikan untuk Tuhan akan semakin panjang durasinya karena kamu semakin merindukan Tuhan.
Mari kita datang kepada Tuhan—memberikan setiap detik, menit dan jam yang kita miliki, hanya untuk Dia, Bapa kita yang ada di Surga.