Oleh : Eunike Manuela Daeli (FKM 2017)
Halo, anak-anak Tuhan. Hari ini kita akan membahas tentang kontinuitas. Mungkin sebagian besar dari kita sudah tidak asing dengan kata tersebut. Kontinuitas adalah kata serapan dari Bahasa Inggris yaitu “continue” yang berarti lanjutan. Kontinuitas sendiri, menurut KBBI, berarti keberlanjutan atau kesinambungan. Dalam pertumbuhan rohani kita, terutama di dalam kelompok kecil yang sedang kita ikuti, kontinuitas sangatlah penting. Saking pentingnya, sampai ada istilah “kontinuitas kelompok kecil”. Ada beberapa hal yang mempengaruhi baik tidaknya kontinuitas kelompok kecil, antara lain sebagai berikut ini.
Yang pertama, komunikasi. Dalam suatu hubungan, komunikasi adalah hal yang sangat penting. Banyak orang yang memiliki hubungan yang dekat dengan orang lain, namun hubungan itu menjadi renggang akibat jarangnya komunikasi. Contohnya seperti teman sekolah dulu. Kita mungkin pernah sangat akrab dengan teman sekolah kita, bahkan seperti saudara. Tapi, ketika kita dipisahkan oleh perkuliahan, komunikasi perlahan mulai terkikis dan hubungan menjadi jauh. Dulu sering bersama, sekarang tak lagi menyapa. Dulu dia yang menjadi isi story social mediamu, sekarang dia hanya menjadi viewermu. Jangankan pertemanan, hubungan dengan saudara kandung atau bahkan dengan orang tua saja pun bisa rusak karena jarangnya komunikasi. Ada beberapa keluarga yang tidak terbiasa berkomunikasi dengan sesama anggota keluarganya, mereka hanya berbicara satu sama lain kalau “ada perlunya aja”. Alhasil, hubungan dalam keluarganya terasa kaku dan kurang harmonis. Begitulah dengan kelompok kecil. Untuk membangun kontinuitas yang baik, harus dimulai dengan komunikasi yang baik pula. Menjalin komunikasi yang baik bisa dimulai dengan menanyakan kabar dan memberi kabar, bercanda, maupun membahas hal-hal yang tidak berhubungan dengan kelompok kecil. Tidak perlu menunggu jam doa, baru berkomunikasi. Tidak perlu menunggu kelompok, baru bertemu. Jalinlah komunikasi dari hal-hal sederhana.
Yang kedua, komitmen. Kontinuitas sangat dipengaruhi oleh komitmen. Setiap kelompok kecil pastinya sudah mempunyai target seperti kapan akan kelompok, siapa yang memimpin bahan, siapa yang menjadi MC, kapan contact doa atau range doa, apa proktat (proyek ketaatan) yang harus dilakukan, dan lain sebagainya. Untuk bisa menjaga kontinuitas suatu kelompok kecil, setiap anggota kelompok harus memiliki komitmen dalam mencapai target tersebut. Jika hanya satu dua orang saja yang berkomitmen, pastinya kontinuitas kelompok tidak akan tercapai dengan baik. Ibaratnya seperti cinta bertepuk sebelah tangan. Hanya satu pihak yang berusaha, sedangkan pihak lainnya tidak peduli. Percuma jika hanya satu pihak yang getol mengajak kelompok, sedangkan pihak lainnya menjadi pelaku ghosting. Komitmen bisa timbul dalam hati kita ketika kita menganggap sesuatu merupakan hal yang penting bagi kita. Secapek atau sesibuk apapun kita, kita pasti akan tetap mengangkat telfon dari orang yang kita anggap penting. Minimal kita mengiriminya pesan jika tidak bisa mengangkat telfonnya. Tapi, kalau kita menganggap orang itu kurang penting, kita tidak akan mengangkat telfonnya, walaupun saat itu handphone ada dalam tangan kita. Ketika kita menganggap kelompok kecil adalah hal yang penting bagi kita, maka komitmen untuk kelompok kecil akan tumbuh dengan sendirinya dalam hati kita. Kita akan berusaha sebisa mungkin untuk membalas pesan di grup. Kita akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak melewatkan range atau contact doa. Kita akan berusaha sebisa mungkin menyempatkan diri untuk ikut kelompok, walau sedang ada urusan lain. Dan dengan sendirinya, komitmen itu membuat kita meletakkan kelompok kecil sebagai salah satu prioritas kita.
Yang ketiga, kualitas. Mungkin kita pernah menonton acara serial TV, drama, atau anime. Acara tersebut terdiri dari beberapa episode, di mana setiap episode memiliki jarak waktu tayang dengan episode selanjutnya. Bisa saja jaraknya satu hari, satu minggu, satu bulan, atau lebih. Hal ini merupakan salah satu daya tarik acara tersebut karena membuat penontonnya penasaran akan kelanjutan ceritanya, sehingga penonton selalu menanti-nantikan waktu tayang episode selanjutnya. Seharusnya hal serupa terjadi dengan kelompok kecil. Bahan kelompok pada umumnya sudah ditetapkan. Setiap kelompok kecil bertanggung jawab dalam menyusun jadwal untuk melakukan kelompok kecilnya. Kelompok kecil bisa dilakukan sekali seminggu, sekali dua minggu, sekali tiga minggu, sekali sebulan, atau lebih. Namun, sering kali, jadwal terpaksa diundur karena satu dan lain hal. Kalau diundurnya dengan waktu yang sudah ditentukan, mungkin masih tidak apa-apa. Tapi, kalau diundur hingga waktu yang tidak ditentukan, bagaimana nasib kelompok kecilnya? Jadwal yang telah ditetapkan bersama harus dilaksanakan bersama pula. Percuma kita melakukan kelompok kecil 7 hari berturut-turut, jika setelah itu kelompok kecil kita “tertidur” selama 7 bulan. Setiap bahan kelompok kecil juga harus dibahas dengan baik dan menarik, sehingga kegiatan kelompok kecil tidak membosankan dan berkualitas. Kalau perlu, kegiatan kelompok kecil divariasikan dengan kegiatan lainnya, seperti diskusi, persekutuan, bermain games, dan lain-lain. Jika kegiatan kelompok kecil berkualitas, maka anggota kelompok pastinya akan menanti-nantikan jadwal kelompok kecil selanjutnya dan akan membangun kontinuitas kelompok yang baik. Hal ini bukan hanya tanggung jawab kakak kelompok atau penanggung jawab bahan, melainkan tanggung jawab seluruh anggota kelompok kecil. Jika diibaratkan acara TV, seluruh anggota kelompok kecil adalah pemerannya, bukan hanya sekedar penonton. Karena itu, seluruh anggota kelompok kecil bertanggung jawab untuk menghidupkan suasana kelompoknya dan membuat kelompok kecil yang berkualitas, serta membangun kontinuitas yang baik.
Sesudah Tuhan Yesus naik ke sorga, murid-muridnya tetap menjaga hubungan yang baik dengan Tuhan melalui ibadah mereka. “Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah.” (Lukas 24:53). Setelah para murid ditinggalkan Tuhan di dunia, mereka tetap melanjutkan pelayanan mereka. Kata “senantiasa” dalam ayat di atas menunjukkan kontinuitas pelayanan para murid. Hal ini harus kita jadikan teladan bagi kita dalam membangun kontinuitas kelompok kecil kita. Mari kita bangun kontinuitas kelompok kecil kita dengan menjalin komunikasi yang baik antar anggota, menjaga komitmen, serta menghidupkan kelompok kecil yang berkualitas. Tuhan Yesus memberkati.