Kisahku bersama KTB dan Kelompok Kecil yang kupimpin

4 July 2021

Pandemi mengubah cara kita berinteraksi dan berelasi. Yang dulunya cuma bisa sebelum matahari tenggelam, sekarang juga bisa janjian ketemu malam sebelum tidur. Pun yang dulu bisa makan siang dan jalan bareng, sekarang cuma bisa liat wajah dipetak-petak layar.

Dulu dibatasin jarak, sekarang dibatasin sinyal. Dulu bisa didatangin ke kelas, bisa kabur kalau mager, sekarang bisa di-spam, bisa abaikan chat atau matiin paket.

Asik gak asik juga sih. Gereget, cuma bisa kenal secara 2 dimensi. Sebagai PKK dulu mah kita bisa kenal kebiasaan dan karakter adik-adik dari cara mereka menghampiri, berlari, bergerak dan berperilaku, 3 dimensi. Huft

Eh, ngomong-ngomong..
Hai! 😁 Aku Jessica, berkelompok kecil daring bersama Bang Parlin dan kawan-kawan; bertemu, bersekutu, dan berbagi dalam firman secara kontiniu.

Relasi kami asyik dan intens, saling peduli keadaan satu sama lain, saling dukung, saling doa.

Perjalanan, pergumulan dan pertumbuhanku setahun terakhir benar-benar mereka tahu, deh! Begitupun mereka yang aku diizinkan untuk mengetahuinya juga.


Ya, so pasti keadaan kami fluktuatif kayak slogan keripik terkenal "Life is never flat". Jam aktivitas kami juga dinamis, beberapa kali menjadwal ulang dari hari yang udah disepakati untuk berkelompok.

Walaupun begitu, ada nih yang bikin kami gak kendor dan bisa jaga ritme bertemu: niat, kebutuhan, dan rasa kangen.

Gak nunggu-nungguan siapa duluan yang ingetin kelompok. Langsung aja nyeletuk, "Jadi kapan kita kelompok?". Dan emang tahu butuh bersekutu meski kadang malas, semua saling peduli dan usul hari; merespon kalau tidak bisa dengan yang diusulkan, juga langsung kasih usulan hari apa yang dia bisa. Saling menghargai.


Beberapa kali juga waktu kami semua pernah gak ketemu untuk nentuin hari kelompok. Kalau sudah begitu, pasti ada yang mengalah, atau kalaupun sesuatu penting dan gak bisa dikorbanin, gak menghalangi yang lain tetap lanjut bahan. Komunikatif tanpa perlu menghindar.

Atau juga sesekali yang lain ikut mundur ke kapan yang bisa semua, "Ah kalau begitu kita ganti hari, deh. Supaya full team". Bukan karena alasan dukung mager, tapi emang mengusahakan kapan yang lengkap. Gak neko-neko.

Aku sadar pentingnya bersekutu dalam firman, aku juga bersyukur bisa rutin bertemu dan berbagi hidup saling dukung. Itu mengapa selalu mengusahakan untuk terus jaga ritme dan intensitas berelasi sesama Anggota Kelompok Kecil.

Di sisi lain, sebagai Pemimpin Kelompok Kecil, aku tidak mengusahakan hal yang serupa buat mereka. 😥Dua kelompok kecil yang aku pimpin tidak kontiniu dan berkeadaan sebaliknya.


Ada tuntutan peran yang berbeda sebagai PKK dibandingkan saat menjadi AKK. Kebetulan di kelompok aku bertumbuh tadi itu, kami anggotanya semua juga adalah PKK.

Kepemimpinan merata, ada empati, dan tau diri. Bukan yang diajar-ajari lagi dan yang auto menyemangati. Disambut dan menyambut tanpa energi dan usaha ekstra. Sama-sama mau mikir, sama-sama mau capek (yg jadinya gak capek)

Sebagai PKK, semangat memimpin di kala kelesuan keadaan pribadi yang tidak disambut AKK, cepat sekali surutnya. "Yok kita kelompok Hari X pukul sekian. Okee sampai jumpa yaa". Eh, pas waktunya, ternyata ada keadaan tak terduga, mendesak, atau lebih penting bagi AKK….. Dari sekian orang tinggal kami berdua yang bisa, sharing pribadi deh.

Di waktu selanjutnya jadi males. Semangat kita gak disambut dengan semangat yang sama.

Pun ada kalanya semua AKK sudah ready dan mau berkelompok saat di chat pribadi. Giliran aku, PKK-nya, yang lagi gak ready. Mereka sudah pengen berkelompok tapi tidak satu pun kunjung bersuara sesimpel "Ayok kelompok" di grup. Sering sekali AKK menunggu-nunggu dan beranggapan bahwa si PKK yang punya peran memulai.

Ya, saya setuju ini adalah komitmen kita memimpin kelompok untuk terus rela dan menjadi pusat inisiatif dalam kontinuitas kelompok kecil. Juga tak bisa dipungkiri, PKK juga adalah seorang manusia yang tidak selalu kuat, tidak selalu bisa jadi superhero.


Keadaan vakum kami terjadi sejak aku sedang kesusahan dalam proses skripsian. Bukan karena gapunya waktu, tapi karena gapunya rasa keberlayakan sebagai "pemimpin" kelompok kecil.

Ada kesadaran dan tuntutan dalam hati bahwa peran PKK yang memulai percakapan, memulai pergerakan, sumber jawaban segala pertanyaan, sumber kekuatan semua kesusahan AKK, sumber hikmat dari semua hasil PA bahan kelompok. Yap, aku tak kunjung dan menghindar memerankan peran yang udah kayak tuhan itu karena tidak mampu, tidak layak, dan tidak yakin punya tenaga ekstra untuk melakukan itu.

PKK menuntut diri yang harus seperti itu, AKK pun memosisikan PKK seperti itu. Pada kenyataannya tak bisa dipungkiri PKK bukan malaikat atau manusia hebat.


Yang aku petik dan berusaha membangun ulang citra diri dalam diriku sendiri dan AKK-ku: bahwa kita setara, kita sama. Beda dalam hal kedewasaan rohani dan pemahaman pengalaman, beda dalam tanggung jawab, tapi sama dalam kebutuhan dan kedudukan -Murid Kristus.

Aku juga mau coba gerak lagi nih. Yuk sama-sama jadi PKK yang komunikatif dan jujur dengan diri sendiri. Kalahin ego sekaligus tidak mengabaikan ego. Kita coba mulai lagi, kita sampaikan lagi, semoga jadi kontiniu seperti keadaan kelompok kecilku tadi yang saling menghargai dan sama berusaha tanpa berat sebelah.

Selamat bersekutu, kutu-kutu! ❤️

BAGIKAN

TERHUBUNG DENGAN KAMI

ALAMAT SEKRETARIAT

Jl. Marakas No.5, Titi Rantai, Kota Medan, Sumatera Utara, 20157


© UKM KMK USU - All Rights Reserved