Teladan Yesus, Intervensi Sejarah dan Panggilan untuk Memuridkan

31 March 2021

Oleh : Yohansen W. Gultom

Menurut penanggalan Yahudi, Yesus Kristus mati tergatung di kayu salib, tanggal 14 Nisan. Atau, sekitar tahun 30-33 M. Tentu, kita semua mengetahui peristiwa itu. Yesus, Tuhan kita mengorbankan diriNya di kayu salib. Agar semua orang yang percaya kepadaNya, tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16).
Jika kita cermati peristiwa detailnya, mungkin akan sangat menyedihkan. Dari 12 murid Yesus, 1 orang yang bernama Yudas Iskariot berkhianat dan menjual Yesus seharga 30 keping perak. 10 orang lainya pergi melarikan diri meninggalkan Tuhan Yesus, saat dirajam kemudian memikul kayu salib di pundakNya, dengan penuh penderitaan. Hanya Yohanes seorang, dari antara para murid yang melihat peristiwa tragis itu, sampai ke puncak bukit Golgota (Yoh 19:26).
Kisah ini masih berlanjut, dengan kebangkitan Yesus dari antara orang mati, pada hari yang ke-tiga. Dia juga masih menampakkan diri kepada para murid, dan para pengikutNya untuk memberikan peneguhan kepada mereka (Yoh 20:16-17, Luk 24:36-49, Luk 24: 13-43).
Namun dari antara kisah tentang Yesus yang menampakkan diriNya, ada pesan penting yang perlu kita cermati. Khususnya saat Yesus berbicara secara pribadi dengan Simon Petrus, lalu bertanya kepada muridNya itu (Yoh 21:15-17), “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Tiga kali Yesus bertanya.
Maka kemudian, luluhlah hati Simon Petrus, dan kemungkinan besar, dia ingat dengan kesalahannya yang pernah menyangkali Yesus saat dihakimi di pengadilan Romawi. “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau,” jawab Petrus kemudian dengan perasaan haru. Lalu Yesus berkata, “Gembalakanlah domba-dombaku.” Petrus tak lagi mengeraskan hati, kini dia mau taat kepada rencana Tuhan dalam hidupnya.
Lalu, di peristiwa menjelang kenaikan Yesus ke sorga, Dia berkata kepada para murid di Matius 28:18-20: “Pergi jadikanlah semua bangsa muridKu…” Lalu para murid menjalankan perintah Yesus. Markus 16:20 mencatat bahwa, “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.”


Intervensi Injil dalam Sejarah


Perjalanan pemuridan dan penginjilan yang dilakukan para murid Yesus terus dilakukan, meski tetap mendapatkan penolakan oleh Kaisar Romawi. Namun murid-murid Yesus tetap setia menjalankan bagiannya. Sampai akhirnya, ke-sepuluh murid yag pernah melarikan diri ketika peristiwa peyaliban Yesus, kini dengan kesediaan hati meniru teladan Yesus. Bahkan, banyak diantara mereka yang dengan berani menantang dunia. Mati martir, dengan menolak disalibkan seperti Tuhan Yesus. Ada yang disalibkan terbalik, dan ada pula yang disalibkan membentuk huruf X (Rediscovering discipleship, Robby Gallaty, 2020).
Kisah peginjilan dan pemuridan di dalam jemaat-jemaat gereja itu berjalan tiada henti. Meski kaisar Romawi, Decius (249-251 M) melakukan penganiayaan kepada orang-orang yang mencoba menyebarkan Kekristenan. Hukuman Matipun diberikan, atas putusan kaisar, termasuk kaisar bernama Valerianus di tahun 257 M. Hukuman diberikan kepada mereka yang masih tetap mempertahankan/menganut agama Kristen.
Barulah pada masa kaisar Konstantin Agung (306-337 M) dan kaisar Theodosius, agama Kristen mulai dijadikan sebagai agama resmi negara bagi imperium Romawi, tepatnya dikisaran tahun 379-395 M. Amanat agung Kristus terus berlanjut sepanjang sejarah.
Bahkan, ketika gereja mulai berjalan menyimpang, di abad ke 5 sampai abad ke15, tapi rencana Tuhan masih berjalan terus, lewat orang-orang yang dengan setia menjalankan perintahNya.
Di abad ke-4 ada Agustinus, pemikir besar Kristen yang ditolong dari keterikatan dosa seksual, lewat pemuridan yang dilakukan temannya Ponticianus. Untunglah Ponticianus terlibat dalam kehidupan Agustinus. Setelah Agustinus bertobat, dia mengakui setiap kesalahannya kepada Tuhan di dalam bukunya berjudul The Confession. Dan melalui kajian theologis Agustinus, dalam ratusan karya-karyanya, akhirnya kajian theologis Agustinus terus dipakai oleh tokoh-tokoh reformasi gereja berikutnya, seperti; John Wyckliffe di abad ke 14, Martin Luther, John Calvin, Zwingly dan John Wesly di abad ke-15, 16 dan 18. Lewat tuntunan Roh Allah, tokoh-tokoh reformasi ini berjuang memulihkan kesesatan gereja di masa The Dark Ages, agar kembali ke dalam pengajaran yang Alkitabiah.
Kisah ini berlanjut terus sepanjang zaman. Penginjil-penginjil baru bermunculan. Pemuridan tetap dilakukan di suku-suku pedalaman. Dan kebanyakan di antaranya menjadi gereja-gereja suku, yang bertebaran di seluruh dunia. Dari seluruh cerita besar Allah dalam sejarah dunia itu, kita bisa melihat, betapa Injil harus dinyatakan ke seluruh bangsa.
Sebab dunia saat ini sangatlah membutuhkan Injil. Sejarah dunia berulangkali menunjukkan, hanya dengan Injil, kesesatan dunia dipulihkan, kegelapan diruntuhkan. Haya dengan Injil manusia bisa diselamatkan. Dan pekabaran Injil yang utuh tentu adalah dengan memuridkan, seperti yang telah Yesus lakukan kepada para murid.
Pelayanan Pemuridan
Seperti para murid yang Kristus utus untuk memuridkan kembali, begitu pulalah kita para murid di dalam pelayanan mahasiswa. Kita juga sebenarnya diutus untuk mengabarkan Injil dan melakukan pemuridan. Dibutuhkan keseriusan, komitmen dan kesungguhan hati untuk Tuhan, dan orang-orang yang mau komitmen dan sungguh percaya kepada Dia.
Hanya dengan hati yang murni, dan menyadari kepenuhan sukacita yang sesungguhnya ada di dalam Kristus, maka kita mau mengejar panggilan untuk memuridkan dan trus setia mengikut Dia. Mencari jiwa dan memuridkan untuk Tuhan. Jikalau kita sungguh mencintai Allah kita, adakah sesuatu yang berat untuk dilakukan dalam memuridkan? Sebab Yesus telah melakukan sesuatu yang tidak mungkin bisa kita lakukan, yaitu menyelamatkan diri kita sendiri dari kebinasaan. Adakah kita mau meniru teladanNya untuk memikul salib, yakni
bagian yang Tuhan percayakan menjadi bagian kita? Sama seperti Petrus dan sembilan murid yang melarikan diri, adakah kita mengeraskan hati untuk memuridkan?
Yesus memerintahkan para murid, untuk pergi menjadikan semua bangsa murid Kristus. Panggilan ini adalah panggilan untuk memuridkan, dan disampaikan kepada seluruh murid-murid Kristus tanpa terkecuali.
Seperti Yesus yang berhadap-hadapan muka dengan Petrus, demikian pulalah Yesus berhadap-hadapan muka dengan kita, berbicara, dan bertanya dari hati ke hati. Seperti perkataan yang Dia sampaikan kepada Petrus, Dia bertanya kepada setiap kita, “Anakku adakah engkau sungguh mengasihi Aku? Jikalau memang demikian, gembalakanlah domba-dombaKu”.

BAGIKAN

TERHUBUNG DENGAN KAMI

ALAMAT SEKRETARIAT

Jl. Marakas No.5, Titi Rantai, Kota Medan, Sumatera Utara, 20157


© UKM KMK USU - All Rights Reserved