INJIL SEBAGAI GAYA HIDUP

8 November 2024

    Di tengah dunia modern yang dipenuhi dengan berbagai tuntutan dan nilai-nilai yang sering kali bertentangan dengan ajaran Kristus, banyak orang merasa kehilangan arah dan makna hidup. Gaya hidup masa kini sering kali berpusat pada pencapaian materi, kesuksesan instan, dan kebahagiaan yang bersifat sementara. Dalam upaya mengejar hal-hal tersebut, sering kali manusia mengabaikan nilai-nilai yang lebih mendalam, seperti kasih, keadilan, dan kerendahan hati. 
   Di tengah situasi ini, Injil menawarkan jalan hidup yang berbeda. Injil bukan hanya sekadar ajaran agama, tetapi juga gaya hidup yang penuh dengan makna dan transformasi. Melalui Injil, kita diajak untuk hidup dalam kebenaran, kasih, dan pengharapan yang sejati. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana Injil dapat menjadi panduan dalam menjalani hidup di tengah tantangan dan godaan dunia modern, serta mengapa menjadikan Injil sebagai gaya hidup sangat penting untuk menemukan kepuasan sejati dan tujuan hidup yang kekal. 
 
Pengertian Injil
   Kata “Injil” (Bahasa Yunani: euangelion) dapat diartikan sebagai berita baik atau kabar baik. Dalam Perjanjian Baru, kata ini hanya dipakai untuk kabar baik yang dari Allah. Alkitab memakai kata “Injil” yaitu berita gembira dari Allah tentang Yesus Kristus (Mrk. 1:1). Seperti dalam kitab Injil sinoptik yang menuliskan kabar baik tentang Kristus yang dimulai dari kelahiran-Nya, kematian-Nya, kebangkitan dan kembali ke surga. Kabar baik itu adalah Allah sendiri yang berinkarnasi dalam diri Yesus Kristus yang hidup tanpa dosa, mati sebagai ganti orang berdosa dan bangkit kembali dan dengan demikian menyelamatkan semua orang berdosa yang percaya kepada-Nya. Injil mengabarkan kasih Allah yang besar melalui Yesus Kristus, yang datang ke dunia untuk menebus umat manusia dari dosa dan memberikan keselamatan. 
 
Peran Injil 
   Inti dari pada Injil adalah berita tentang Kristus, yang adalah Allah sendiri telah datang ke dunia, mati untuk mengorbankan diri-Nya sebagai tebusan atas dosa manusia, sehingga setiap orang yang telah dipanggil dan percaya kepada-Nya memperoleh keselamatan yang sempurna. 
     Namun, menerima Kristus tidak sama dengan mengasihi Kristus. Iman kita kepada-Nya harus senantiasa diuji oleh firman-Nya, sebab banyak sekali orang menyatakan diri menerima Yesus Kristus tetapi tidak terbukti menuruti firmanNya (I Yoh. 2:4). Setiap orang yang percaya kepada Tuhan dan mengandalkan Tuhan dalam hidupnya akan dibimbing oleh Tuhan (Ams. 3:5-6). Tuhan akan membimbing setiap anak-anak-Nya dalam menjalani kehidupan ini agar menjadi serupa dengan Dia (Rm. 8:29). 
Injil adalah panggilan untuk mengubah seluruh hidup kita – cara kita berpikir, bertindak, dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Melalui Injil, orang percaya dipanggil untuk mengalami transformasi hati dan pikiran, hidup dalam pertobatan, serta berjalan dalam ketaatan kepada kehendak Tuhan. Lebih dari sekadar pesan keselamatan, Injil menjadi pedoman bagi orang percaya dalam menghadapi tantangan hidup, memberikan kekuatan untuk menanggung beban, dan menginspirasi untuk menjadi saksi hidup yang membawa terang di tengah dunia. 
 
Dasar Alkitab: Injil sebagai Gaya Hidup      
   Injil memiliki fondasi yang kuat dalam Alkitab. Yesus berkata “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga (Mat. 7:21). Ayat ini menunjukkan bahwa seorang Kristen dituntut untuk terus-menerus mampu mempertanggungjawabkan imannya. 
Hidup seturut dengan Injil juga disampaikan oleh Paulus kepada jemaat Filipi, yaitu pada Filipi 1:27 “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil. Di tengah situasi yang tidak menentu, Paulus menasihati jemaat Filipi untuk hidup berpadanan dengan Injil. 
   Dalam Galatia 2:20, Paulus juga menyatakan, "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." Ayat ini menggambarkan bahwa ketika kita hidup menurut Injil, hidup kita menjadi cerminan dari Kristus. Hal ini berarti bahwa Injil bukan sekadar ajaran, tetapi kehidupan kita secara keseluruhan menjadi saksi dari kasih dan anugerah Allah (Flp. 3: 17 dan 1 Yoh. 2:6). 
   1 Yohanes 2:6 menuliskan “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. Yesus memberikan contoh mengenai ketaatan mutlak kepada Allah. Orang-orang yang mengaku percaya kepada-Nya dan mau mengikuti Dia, harus hidup bersama-Nya, hidup mengikuti pola dan teladan-Nya. 
 
Injil dan Kehidupan Sehari-hari 
   Kehidupan masa kini yang sangat dipengaruhi oleh budaya konsumerisme, individualisme, dan pencarian kebahagiaan instan sering kali berfokus pada kepuasan diri serta pencapaian materi. Media sosial, teknologi, bahkan tekanan sosial mendorong banyak orang untuk mengejar kesuksesan, popularitas, dan kenikmatan sesaat. Sering kali ambisi tersebut dicapai dengan mengorbankan hubungan yang bermakna, nilai-nilai moral, maupun kedamaian batin. Kehidupan yang terpusat pada hal-hal duniawi ini cenderung menghasilkan kekosongan, ketidakpuasan, dan stress. Dalam kehidupan sehari-hari, kerap kali tindak kejahatan, kekerasan, kebohongan, pergaulan bebas, hoax, serta hal-hal lainnya sudah mulai dinormalisasi pada masa sekarang. 
Bertentangan dengan itu, Injil mengajarkan nilai-nilai yang berakar pada kasih, pengorbanan, dan pelayanan kepada sesama. Alih-alih mengejar kepuasan diri, Injil memanggil orang percaya untuk hidup dalam kerendahan hati, berbagi, dan mencari kehendak Tuhan dalam segala aspek kehidupan. Perbedaan mendasarnya adalah bahwa gaya hidup menurut Injil membawa kedamaian sejati dan sukacita yang kekal, sementara gaya hidup modern sering kali menawarkan kebahagiaan yang bersifat sementara dan rapuh. Dengan menjadikan Injil sebagai gaya hidup, orang percaya dipanggil untuk hidup melawan arus budaya dunia, menjalani hidup yang penuh dengan makna dan tujuan yang kekal. 
   Dalam keluarga, Injil mendorong kita untuk saling mengasihi, mengampuni, dan melayani. Dalam studi maupun pekerjaan, kita dipanggil untuk belajar dan bekerja dengan integritas. Dalam hubungan sosial, kita diingatkan untuk menjadi teladan kasih, damai, dan kesabaran. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menunjukkan kasih Allah dalam segala hal yang kita lakukan. Ketika kita berbicara, bekerja, atau bersosialisasi, Injil harus menjadi landasan yang membentuk sikap dan tindakan kita. Injil memberikan kita pedoman untuk berperilaku, memotivasi kita untuk hidup dengan kesadaran bahwa setiap aspek kehidupan kita dapat membawa kemuliaan bagi Tuhan. 
 
Transformasi Diri melalui Injil 
   Salah satu aspek paling kuat dari Injil adalah kuasanya untuk mengubah hidup. Injil mengubah bukan hanya perilaku kita, tetapi juga hati dan pikiran kita. Dalam Yohanes 3:3, Yesus berkata bahwa seseorang harus "dilahirkan kembali" untuk dapat melihat Kerajaan Allah. Ini menunjukkan bahwa Injil menghasilkan perubahan yang mendalam dan mendasar dalam diri seseorang. 
Transformasi ini adalah proses pengudusan, di mana Roh Kudus bekerja dalam diri kita untuk menjadikan kita lebih serupa dengan Kristus. Roma 12:2 mengingatkan kita untuk "tidak menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu." Melalui Injil, kita dipanggil untuk hidup dalam cara yang berbeda dari dunia, yaitu hidup dalam kebenaran, kasih, dan kesucian. 
 
Tantangan dalam Menghidupi Injil 
   Menghidupi Injil di dunia yang semakin sekuler menghadirkan berbagai tantangan. Sering kali, dunia di sekitar kita mengajarkan nilai-nilai yang bertentangan dengan Injil – seperti materialisme, egoisme, atau pencarian kekuasaan. Godaan untuk berkompromi dengan nilai-nilai dunia ini sangat kuat. Hal ini merupakan tantangan eksternal yang artinya tantangan yang berasal dari luar diri sendiri. 
Selain itu, ada tantangan internal, seperti kelemahan diri sendiri dan perjuangan melawan dosa. Namun, melalui Injil, kita diberi kekuatan untuk menghadapi tantangan-tantangan ini. Dalam Filipi 4:13, Paulus berkata, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." Dengan bersandar pada kekuatan Tuhan, kita dapat mengatasi tantangan dan tetap setia menghidupi Injil. 
 
Menjadi Garam dan Terang Dunia  
  Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia, sebagaimana dinyatakan dalam Matius 5:13-16. Garam, yang memberikan rasa dan mencegah pembusukan, melambangkan peran orang percaya dalam menjaga moralitas dan membawa pengaruh positif di tengah dunia yang rusak oleh dosa. Di sisi lain, terang juga menunjukkan bagaimana kehidupan orang Kristen seharusnya bersinar dengan kebenaran dan kasih Kristus, memandu orang lain kepada Sang Sumber Terang yang sejati. 
   Menjadi garam dan terang dunia bukan hanya tentang menjalani kehidupan yang baik, tetapi juga secara aktif memberitakan Injil kepada mereka yang belum mengenal Tuhan. Penginjilan adalah bentuk nyata dari misi kita sebagai garam dan terang, di mana kita membagikan Kabar Baik tentang keselamatan melalui Yesus Kristus, membawa harapan dan keselamatan kepada dunia yang terjebak dalam kegelapan rohani. Melalui kehidupan yang selaras dengan Injil, akan menjadikan kita alat Tuhan untuk memengaruhi dan mentransformasi dunia, sehingga semakin banyak orang dapat mengenal kasih dan anugerah Allah. 
  Dengan hidup menurut Injil, kita memberikan rasa dan arah bagi dunia yang sering kali terjebak dalam kebingungan dan kehilangan makna. Hidup kita harus menjadi saksi yang nyata tentang kasih Kristus. Dengan menjadi teladan dalam tindakan dan perkataan, kita membawa terang Injil ke dalam dunia yang membutuhkan pengharapan dan keselamatan. 
 
Kesimpulan 
  Injil bukan hanya pesan yang kita percayai, tetapi gaya hidup yang kita hidupi setiap hari. Melalui Injil, kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran, kasih, dan pengharapan, mencerminkan Kristus dalam segala hal yang kita lakukan. Dalam setiap keputusan, tindakan, dan hubungan, Injil harus menjadi dasar dan tujuan kita. 
Sebagai orang percaya, marilah kita menjadikan Injil sebagai pusat dari segala aspek kehidupan kita. Dengan demikian, kita tidak hanya akan mengalami transformasi diri, tetapi juga akan menjadi alat Tuhan untuk mentransformasi dunia di sekitar kita. Mari kita hidup dalam Injil dan dengan demikian membawa Kabar Baik kepada semua orang yang kita temui. 

Sumber: 
- Kho, M. (2022). MAKNA KEKUATAN      INJIL MENURUT ROMA 1: 16-17 DAN      IMPLIKASINYA DALAM PEMBINAAN      MISI DI INDONESIAN CARE CENTER        (ICC) HONG KONG PADA MASA                PANDEMI COVID-19. GENEVA: Jurnal      Teologi Dan Misi, 4(2), 81-91.
- Prianto, R., Lawira, K., & Novianto, N.    (2021). Makna “Injil yang Lain” dalam      Galatia 1: 6-7. TE DEUM (Jurnal                Teologi dan Pengembangan                      Pelayanan), 10(2), 205-226.
- Komputer, U. S. &. T. (n.d.). Injil.             https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/  Injil
- Menginjil melalui gaya hidup - GBI          Danau Bogor Raya. (n.d.)                            https://dbr.gbi-                                              bogor.org/wiki/Article:20101129/RK 
- Dimbleweb. (n.d.). HIDUP                      BERPADANAN DENGAN INJIL                  KRISTUS. https://www.gpdi-                      hebron.com/artikel/read/hidup-                berpadanan-dengan-injil-kristus/961 
- Handoko, P. Y. T. (n.d.). Hidup yang        berpadanan dengan Injil (Filipi 1:27-        30). Copyright 2021 rec.or.id.          https://rec.or.id/hidup-yang-                      berpadanan-dengan-injil-filipi-127-30/ 
- Bersaksi melalui kehidupan (Matius 5  : 13 - 16). (2020, September 5). GKI          Gading Serpong.              https://gkigadingserpong.org/warta-      jemaat-renung-mingguan/renungan-        mingguan/bersaksi-melalui-                      kehidupan- matius-5-13-16 
- Bahan PIPA (Penginjilan Melalui        Pemahaman Alkitab)
Oleh : Kelompok Kecil Laetare (Kak Fransiska, Kharisma, Rosa)

BAGIKAN

TERHUBUNG DENGAN KAMI

ALAMAT SEKRETARIAT

Jl. Marakas No.5, Titi Rantai, Kota Medan, Sumatera Utara, 20157


© UKM KMK USU - All Rights Reserved