Oleh : Audrey Panggabean (Ilmu Kesehatan Masyarakat 2019)
Penelahaan Alkitab: Lukas 10 : 24-37
Pada Lukas 10 : 24-37 adalah mengisahkan tentang orang Samaria yang baik hati, sangat relate dengan tema kali ini yaitu tentang infinity love (cinta yang tidak terbatas). Mengenai cinta tak terbatas pastinya sangat melekat pada diri Yesus sendiri yang sangat penuh dengan kasih. Dalam perikop ini Tuhan menggambarkan tentang kasih kepada sesama yang tidak mengharapkan apa-apa atau sekalipun itu musuh, kita harus tetap mengasihi. Melalui perumpamaan sederhana Tuhan ingin mengajarkan kita untuk bisa mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi Dia yang sudah dahulu mengasihi kita tanpa batas. Begitu baik dan penuh kasih Tuhan kepada kita, Tuhan juga ingin kita bisa melakukan itu kepada banyak orang lebih lagi.
10:24 Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.
Cara kita untuk melakukan hal yang baik adalah tergantung cara kita memandang dan mendengar. Sebenarnya banyak dari kita paham betul dan tahu apa yang Tuhan mau, tapi kita seakan-akan buta dan tuli akan itu. Kita menghiraukan apa yang harusnya kita lakukan karena keegoisan dan keangkuhan kita. Jadi firman Tuhan itu dilakukan tergantung bagaimana orangnya memandang dan mendengar apakah dia benar-benar mengalami kasih-Nya Tuhan.
10:25 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?
Dari ayat di atas kita tahu bahwa ahli Taurat bukannya benar-benar ingin tahu tentang kebenaran dari Allah, namun dia ingin sekali mencobai Yesus dari pertanyaan yang dilontarkannya. Kita tahu juga bahwa ahli taurat sangat senang mencari kesalahan Tuhan, padahal ia sudah menguasai isi kitab suci. Namun untuk melakukan dan menerapkannya di kehidupan sehari-hari, ia malah berkelit dengan pertanyaan “SIAPAKAH SESAMAKU MANUSIA?” bisa jadi sama seperti kita bahwa kita juga sudah sering mendengar namun kita berkelit untuk tidak melakukannya.
10:26 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?"
10:27 Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
10:28 Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup."
Pada ayat 26 Tuhan ingin kita melakukan apa yang Tuhan kehendaki seperti yang tertulis dalam hukum taurat. Pada Keluaran 20:1-17 kita tahu bahwa Musa menyampaikan kesepuluh perintah Allah dan Ia ingin kita melakukan sesuai kehendak-Nya. Kita tahu pasti setiap manusia memiliki nurani untuk melakukan dosa namun di sana Tuhan menyampaikan bahwa apapun dosa jangan dilakukan karena itu bukan hal yang Tuhan kehendaki untuk kita.
Pada kesepuluh perintah Allah yang tertulis, kita tahu bahwa terdapat dua macam perintah yang Tuhan kehendaki, yaitu perintah untuk mengasihi Tuhan dan perintah untuk mengasihi orang lain dan sesama. Di ayat 27 sangat ditekankan mengenai dua perintah tersebut, karena Tuhan ingin kita mengasihi Dia dahulu dan pastinya kalau kita sudah mengasihi Dia, kita pasti bisa mengasihi sesama kita. Dan kita tahu juga di dalam taurat banyak kata “jangan” melakukan hal hal negatif dan menghasilkan hal-hal positif yaitu menghasilkan kata “Kasihilah…”
Nah kalau kita menaruh kasih kita kepada Tuhan dan sesama maka kita akan beroleh hidup. Mengapa kita harus mengasihi Tuhan? Karena apabila kita menaruh kasih kepada-Nya kita akan memperoleh kebahagiaan di dalam-Nya. Tidak ada sebenarnya hal yang benar-benar kita cari selain Tuhan, karena kebahagiaan yang sesungguhnya datang dari Dia. Kita sering pasti kecewa karena manusia tidak dapat membalaskan apa yang kita inginkan karena manusia terbatas namun dari Dia yang sangat tidak terbatas kita bisa memperoleh kebahagiaan dan rancangan Dia merupakan rancangan damai sejahtera (Yesaya 55:8-9). Tuhan punya banyak cara unik untuk mengasihi kita yang kadang di luar nalar manusia, itulah Tuhan kita yang ajaib dan kasih yang tidak terbatas, jadi kita harus bisa juga menaburkan kasih baik untuk Tuhan maupun untuk sesama kita.
10:29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?
Ahli taurat kembali ingin mencoba Yesus dengan pertanyaan “siapakah sesamaku manusia?” dan membenarkan dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang berkenan kepada Allah. Ahli taurat berharap Tuhan memberikan kriteria khusus agar dia dapat menyanggah dan menyalahkan Tuhan kembali. Karena bagi orang Yahudi, sesama adalah orang yang dengan satu agama, satu bangsa, atau satu ras dengan kita. Berarti sesama di sini sangat dibatasi oleh bentuk identitas seseorang, dengan kata lain orang dengan beda agama atau suku dengan kita tidak usah dibantu menurut orang Yahudi.
Namun Tuhan menjawab dengan perumpamaan mengejutkan, sederhana dan dimengerti, Tuhan ingin menekankan bahwa “sesama manusia” adalah semua orang tanpa teringat suku, agama atau apapun itu. Sekalipun mereka berbeda atau sekalipun mereka musuh kita, mereka tetap sesama kita yang harus kita kasihi atau tolong.
10:30 Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.
Tuhan sangat suka dengan perumpamaan, karena Tuhan mau kita mengerti apa yang disampaikan-Nya namun tidak berhenti di situ saja, Tuhan ingin kita melakukan apa yang disampaikan-Nya. Di ayat 30 ini Tuhan memberikan perumpamaan bahwa orang ini sangat membutuhkan pertolongan dan ia adalah korban yang sangat-sangat perlu ditolong. Orang ini sekarat dan hampir mati, dan ada beberapa orang yang lewat. Tuhan juga menggunakan perumpamaan ini untuk menunjukkan bahwa kita manusia suka menjauh dan menghindari dari hal-hal yang najis.
10:31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
10:32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
Seorang imam dan orang Lewi merupakan suku yang dikhususkan untuk melayani di Bait Allah, mereka juga tahu hukum-hukum dan ketetapan Allah, memperkatakan kebenaran-kebenaran di depan umat Allah namun ternyata tidak cukup untuk bisa melakukan firman-Nya. Mereka hanya melihat orang tersebut dan berjalan di pinggir jalan, padahal orang tersebut benar-benar membutuhkan pertolongan. Sama seperti kita sekarang ini, ada banyak orang yang paham betul firman Tuhan namun untuk melakukannya harus berpikir berkali-kali, dan malah meninggalkan ataupun tidak peduli. Ada juga dari kita yang mungkin takut dalam mengambil resiko karena bukan orang yang kita kenal. Kita hanya membantu orang yang kita kenal saja, padahal Tuhan berkata pada Lukas 6:33 “Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.”
Apakah jasa kita kalau kita hanya membantu orang yang baik pada kita atau orang yang kita kenal saja. Tapi Tuhan ingin kita membantu siapapun itu yang butuh pertolongan kita tanpa memandang apapun.
10:33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
10:34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
10:35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kau belanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
Orang Samaria adalah keturunan Yahudi yang sudah berdarah campuran dan sangat dihindari oleh orang Yahudi asli. Orang Samaria dan Yahudi juga terlibat permusuhan etnis dan agama. Daerah Samaria terletak di antara Yudea. Bangsa Samaria muncul sekitar tahun 400 SM dari perkawinan campur antara bangsa Yahudi dan bangsa lain. Hal ini membuat orang Yahudi menganggap mereka lebih hina. Namun siapa sangka bahwa orang Samaria yang sangat dibenci oleh orang Yahudi dapat menolong orang Yahudi sedangkan orang Yahudi yang benar-benar sesuku dengannya, enggan menolong. Orang yang ditolongnya bukan hanya berasal dari kaum yang berbeda, tetapi yang selama ini juga menghina dan mengasingkan kaumnya.
Tuhan ingin kita seperti orang Samaria yang murah hati, Tuhan ingin kita bisa mengasihi sesama kita siapapun itu tidak terikat identitas, maupun orang yang sudah menindas atau musuh yang menjahati kita, kita harus tetap mengasihi sesama kita.
Pejalan jauh atau saudagar biasanya membawa anggur dan minyak zaitun untuk menghangatkan tubuhnya atau untuk bahan bakar/obor perjalanan di malam hari. Namun orang Samaria tidak memikirkan keperluannya itu, ia menggunakannya untuk menolong orang yang hampir mati tersebut dan paling terpenting di pikirannya adalah bagaimana menyelamatkan orang tersebut. Jadi orang Samaria itu, menggunakannya untuk pembersih luka orang yang setengah mati itu. Lalu tidak berhenti di situ, dia membawa orang itu ke penginapan dan merawatnya. Dia juga memberikan dua dinar kepada pemilik penginapan, dimana dua dinar adalah ukuran upah pekerja selama dua hari. Dalam Matius 20:2 disebutkan, satu dinar sama dengan upah satu hari bagi seorang pekerja. Kalau kita lihat, orang Samaria dalam membantu orang tersebut tidak hitungan, ia memberikan seluruh pertolongan yang bisa ia berikan tanpa mengharapkan apapun itu.
10:36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"
10:37 Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
Nah dari kisah ini, Tuhan sangat ingin kita bisa seperti orang Samaria ini dan melakukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Jangankan untuk membantu orang lain yang tidak kita kenal ataupun yang menjahati kita, mengasihi orang dari kelompok yang samapun susah. Sulit dari kita untuk bisa menolong sesama kita kalau kita tidak merasakan dan mengalami kasih-Nya Tuhan. Sulit dari kita pastinya, membayangkannya saja susah apalagi melakukannya. Jadi sebelum kita mengasihi sesama rasakan dulu kasih-Nya pada kita, Tuhan udah rela memberikan nyawa-Nya demi orang-orang berdosa seperti kita, Dia juga mengharapkan apa yang Dia kasih kepada kita. Saat kita benar-benar merasakan kasih dan kemurahan Allah, kita akan mudah mengasihi orang lain, kita akan mudah mengasihi orang yang benar-benar mengecewakan kita, menjahati kita. Kita akan dapat memberikan Infinity Love kita terhadap orang lain. Karena kebanyakan dari kita pasti membantu orang, kalau orang tersebut bisa memberikan apa yang kita mau, istilahnya ada pamrih.
Tapi dari nats kali ini, aku pribadi banyak belajar bahwa Tuhan udah baik banget sama orang berdosa seperti aku, Dia rela mati demi orang yang gak tahu terima kasih. Jadi karena kebaikan dan kasih-Nya aku mau mencoba jadi pribadi Samaria yang murah hati, bisa menolong siapapun itu tidak kenal dia itu siapa atau baikkah dia padaku. Tapi aku mau memberikan apa yang bisa kuberi selagi aku mampu dan bisa. Dan dasar itu karena aku menyadari Tuhan dahulu yang sudah baik padaku.
Mungkin itu aja yang bisa aku bagikan, semoga dapat bermanfaat dan lebih banyak orang yang mengalami kasih Tuhan.
GOD BLESS YOU 😊