Bijak di Media Sosial

22 June 2023

Di era postmodernisme abad ke-21 ini, tampaknya terdapat suatu gerakan masif di dunia, yang membuat manusia secara perlahan tidak lagi mencintai Tuhan dan sesamanya. Melainkan, hasrat atau keinginan hati manusia mulai dibengkokkan zaman, untuk hanya mencintai dirinya sendiri. Itu sebabnya, tidak mengherankan belakangan ini, kita mendengar cukup banyak pemuda/pemudi yang menikahi karakter anime tertentu yang sering ditontonnya via ponsel. Ada pula pria yang menikahi smartphone kesayangannya (detik.com, 2022. Kompas.com, 2016). Gejala lainnya, yang tidak jauh berbeda, bisa kita perhatikan dengan saksama di dalam bahaya laten penggunaan medsos, yang mulai kebablasan dipakai oleh hampir 96% masyarakat Indonesia (Data We are social, 2021).

                Dunia Medsos dewasa ini, dijadikan oleh banyak orang sebagai realitas baru yang harus dihidupi. Seakan-akan keberadaan kita sebagai manusia, menjadi hilang jika tidak aktif di Medsos. Mark Zuckerberg pendiri Facebook memberikan pendapatnya tentang, mengapa seseorang terhubung ke dalam media sosial, tujuannya agar, “Mereka tetap terhubung dengan teman dan keluarga, tetapi mereka juga membangun citra dan identitas untuk diri mereka sendiri, yang artinya tentu merupakan brand mereka” (Gunawan & Ratmono, 2021:1). Medsos dijadikan sebagian besar orang, sebagai ruang menampilkan personal branding kata Zuckerberg. Ya, sah-sah saja menurut saya. Tetapi, tidak menutup kemungkinan pula akan ada kepalsuan dan kemunafikan di dalam cara-cara membangun citra yang demikian. Lantaran, sekarang eranya editing!

Manfaat dan Tantangan

                Penggunaan medsos, memang tidak sepenuhnya buruk. Data We are social (2021) menyebutkan bahwa, orang memakai internet/medsos untuk; mencari informasi/up to date. Terhubung dengan teman, keluarga, bahkan dengan teman baru. Serta untuk menemukan inspirasi atau ide-ide mutakhir. Selain itu, untuk ranah bisnis keuntungan pemakaian medsos tentu lebih banyak lagi manfaatnya. Misalkan, seperti penjelasan dari Erik Qualman salah seorang pakar digital leader; “Lebih banyak efisiensi dalam media sosial, khususnya pemasaran produk, menghemat jam produksi dan efisiensi, membuat produk dan layanan lebih baik serta memuaskan.” (Erik Qualman, 2010:xxiii). Sehingga, bisa dilihat bahwa pola pergerakan media sosial, sebenarnya sebagian besar digiring pula untuk keperluan komersil/bisnis atau pencarian untung semata.

                Sejalan pula dengan publikasi Ang Wie Hay dalam jurnal berjudul “Gaya Hidup Digital Kristiani Era Globalisasi”. Ang Wie Hay menyebutkan bahwa, situasi komersialisasi saat ini membuat kapitalis-kapitalis Global menyediakan aneka telepon pintar, super komputer, wifi, internet dan charger nirkabel (Ang Wie Hay, 2015:51). Tentu tidak hanya prangkat-prangkat keras untuk menikmati media sosial yang disediakan. Melainkan aneka perangkat lunak dengan beragam hiburan juga tersedia di dalam media sosial, semata-mata untuk mendapatkan profit. Konten-konten pornografi, cerita sex, penyebaran LGBT (Ome TV), judi online, tawaran Open BO, perselingkuhan online, penyebaran ajaran sesat (web anti kristus), hoax, kabar bohong, ujaran kebencian dan video settingan. Adapula ruang promosi yang semakin meluas di dalam medsos untuk game onlie, hedonisme dan keinginan untuk belanja secara mudah. Serta, adanya dekadensi (kemerosotan) karakter akibat informasi yang tersebar dimedsos terbatas dari segi durasi waktu yang singkat dan sedikitnya teks yang bisa dibaca. Akibatnya kemudian, lahirlah generasi-generasi pengguna medsos yang dangkal dari segi pemahaman. Serba instan. Tidak sabaran. Kurang mau berjuang dan membenci proses.

                Kemudian, di dalam penggunaan medsos dengan kategori addict, seseorang berpeluang besar terkena penyakit psikologis FOMO (Fear of Missing Out) atau takut kehilangan. Biasanya, seseorang yang adiksi Medsos dengan gangguan psikologis ini akan cemas jika suatu keadaan terjadi tanpa kehadirannya. Terus menerus memeriksa medsos, mudah cemas, kesepian dan kepuasan hidup menjadi rendah (Mauree Griffin dalam Gunawan & Ratmono, 2021:62). Gejala FOMO lainnya menurut Lembaga Amerika ADAA (Anxiety and Depression Association of America) diantaranya; Menipu diri belum lama menghabiskan waktu dengan medsos, menghabiskan 6 jam lebih perhari di Medsos, lebih melihat medsos saat berbicara dengan orang lain, gugup dan cemas saat sedang bergaul secara langsung dengan orang baru.

Pentingnya Menjaga Hati

                Hal terpenting yang harus dilakukan orang Kristen di dalam keadaan yang demikian adalah dengan konsisten menjaga hatinya, agar tetap bertaut pada Kristus. Kitab Amsal berkata, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena darisitulah terpancar kehidupan. (Amsal 4:23)” Keinginan hati atau hasrat manusia ini, haruslah mengalami pertobatan yang sungguh di dalam Kristus serta menjadi milik Kristus. Karena, “Dari hatilah timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, perabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat (Mat 15:19).” Kemudia, keinginan hati ini perlu dijaga secara konsisten seperti kata Amsal Salomo. Dengan demikian, termasuk di dalam memakai Medsos, terdapat keinginan hati yang tetap terarah pada Kristus termasuk pada saat penggunaannya.

                Paulus di 2 Timotius 2:21-26 juga mengingatkan Timotius, tentang karakter seseorang yang ingin dipakai oleh Tuhan. Yakni, hidup kudus serta menjauhi hawa-nafsu, dengan demikian secara leluasa seseorang itu dapat merelakan hidupnya dipakai oleh Tuhan. Selain itu, berkarakter ramah, cakap mengajar dan sabar dalam menuntun orang lain, dengan demikian orang lain menyadari adanya kesempatan untuk bertobat. Prinsip-prinsip demikian, tentu dapat dihidupi seorang murid Kristus di dalam bermedia sosial. Pentingnya menjaga kekudusan, dengan menjaga keinginan hati. Kemudian, keberanian untuk mengajar dan membimbing sesama dengan penuh belas kasih.

                Dalam menggenapi hal tersebut, beberapa hal berikut ini menurut hemat saya bisa kita lakukan bersama, saat sedang berselancar di media sosial; Pertama, perlunya membedakan antara dunia nyata dan dunia maya. Waktu di dalam media sosial, seharusnya dipakai untuk mendukung kehidupan nyata. Bukan malah sebaliknya. Serta, untuk mencegah gangguan penyakit psikologis dan pertumbuhan kita sebagai orang percaya, seharusnya setiap kita tidak lepas dengan persekutuan dimana kita ditempatkan oleh Tuhan. Kedua, hidup kudus, termasuk saat bermedia sosial. Ingat bahwa jejak digital dapat tersimpan selamanya. Banyak kasus sextortion atau pemerasan kepada pelaku yang menyebarkan video privat/foto personalnya belakangan ini di medsos. Khsusunya pasca melakukan video call, mengirimkan foto tak senonoh dan memberikan komentar buruk tentang sesuatu. Akibatnya pelaku diancam kemudian dengan diperas oleh orang lain. Selain itu, perlunya menghormati orang lain saat berkomunikasi dengan mendengarkan terlebih dahulu serta memakai kata yang membangun.

                Ketiga, kritis Alkitabiah. Seorang murid Kristus tentu perlu waspada dengan aneka pengajaran yang tersebar di dunia maya. Adanya kemungkinan masuknya ajaran bidat, ide-ide sekulerisme dan ideologi-ideologi yang bertentangan dengan firman Tuhan. Itu sebabnya, seorang murid Kristus tidak boleh luput dari persekutuan dan Gereja sebagai sesama tubuh Kristus, untuk saling membangun dan mengawasi di dalam pengajaran.

                Keempat, menerangi dunia digital. Injil Kristus dan kebaikanNya haruslah menjadi pusat dari hidup orang percaya. Sehingga, dunia media sosial juga dapat diisi oleh aneka konten kreatif dari anak-anak Tuhan sebagai panggilan untuk menggarami dan menerangi dunia medsos. Kelima, memiliki motivasi yang benar di dalam setiap aspek penggunaan media sosial yang mungkin belum disebutkan sebelumnya. Paling tidak motivasi seperti apa yang dikatakan Yohanes pembaptis berikut ini; “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (Yohanes 3:30)”. Dunia media sosial termasuk ruang untuk menjalankan kehendak Tuhan yang demikian. Soli Deo Gloria!

Oleh: Yohansen Wyckliffe Gultom (PKK KMK USU UP FISIP)

BAGIKAN

TERHUBUNG DENGAN KAMI

ALAMAT SEKRETARIAT

Jl. Marakas No.5, Titi Rantai, Kota Medan, Sumatera Utara, 20157


© UKM KMK USU - All Rights Reserved